Sabtu, 07 Januari 2012

TUNTUNAN PITRA YAJNA ( NGABEN )

Dari wacana tersebut, betapa mulianya orang tua yang melaksanakan azas-azas Sutakirtya, dan oleh karenanya akan menjadi suatu kewajiban timbal-balik sang anak kepada orang tua, atau disebut Rna dalam arti hutang kewajiban.
Hutang kewajiban pada orang tua atau leluhur yang merupakan salah satu bagian dari TRI RNA, kiranya akan dapat dipenuhi/dilunasi, yang diawali dari sang anak sendiri terbukti dapat memberikan pertolongan menghidupi orang tuanya, menjelang umurnya sudah lanjut dan terakhir melaksanakan prosesi Pitra Sraddha pada saat kematian yang disebut NGABEN.
Pada umumnya apabila mendengar kata ngaben, maka sekilas akan terbayang sebuah bangunan wadah atau bade yang indah megah, dengan atap atau tumpangnya bertingkat-tingkat menjulang tinggi serta hiasan panguparengga menyilaukan mata, lamak kain sutra yang ditorehi prada emas, menjulai dari sawa asana tempat mayat, melambai-lambai bagaikan menyapu tanah.
Tidak ketinggalan bangunan kreteg atau tangga yang tampak anggun, melengkung membianglala dengan enam kakinya yang kokoh. Hiruknya suara gong gender yang menggemuruh menghalilintar, sambar-menyambar diselingi suara angklung gambang yang menyerupai curahan hujan deras, seolah-olah mempercepat langkah pengunjung memenuhi halaman tempat yajna.
Suara-suara tetakan golok dan kapak kecil yang menyerupai suara katak ngongkek, tidak lain adalah imajinasi dari kegiatan persiapan hidangan yang sedap nikmat. Kesemuanya itu karena luapan biaya anggaran yang tidak meragukan.  Nah bagaimana bagi yang kurang beruntung ? Apakah tidak akan melaksanakan ngaben ? Untuk menjawab masalah tersebut, terlebih dahulu simak makna arti kata PITRA YAJNA dan tujuan PITRA YAJNA itu sendiri.
     Sebagaimana tujuan Ngaben adalah mengembalikan ATMA ke sumbernya atma yaitu WIDHI atau TUHAN dan mengembalikan unsur-unsur badan kasar atau Stula Sarira ke asalnya, yaitu :  pretiwi, apah, teja, bayu dan akasa Panca Maha Bhuta. PITRA artinya roh atau atma yang belum mencapai kamoksan. YAJNA artinya pengorbanan atau pemberian bekal sebagai wujud penghormatan. Dalam hal ini pengorbanan atau pemberian bekal dalam kontek Pitra Yajna, dapat berupa benda-benda material upakara yang disebut banten. Juga bekal kata-kata ungkapan hati yang membathin berupa Mantra strota lewat doa-doa puja Sang Sulinggih pemimpin upacara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar